readbud - get paid to read and rate articles

10 Desember 2009

Polisi Tidur Kita

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak jalan-jalan di Yogyakarta (juga di tempat lain) semakin banyak kita jumpai gundukan melintang atau yang lebih kita kenal sebagai polisi tidur. Entah dari mana berasal idiom ini, tapi yang jelas kesan menjengkelkan hampir tidak bisa di lepaskan dari makhluk satu ini. 

Namun jika kita amati lebih jauh, dan ini yang menarik bagi saya, polisi tidur ini mengatakan banyak hal pada kesadaran kita yang sebenarnya. Mengapa? Pertama, ia menjadi cara paksa menghardik para pemakai jalan terutama yang bermobil dan berkendaraan yang diandaikan seharusnya berjalan pelan karena lewat jalan penuh anak-anak.
Polisi tidur itu menghadirkan protes rambu tajam pada pemakai jalan yang diandaikan sadar diri bila lewat pukul 22.00 malam tidak akan kencang dan memperlambat jalan agar tidak mengganggu rumah-rumah di pinggir jalan yang dilalui. 

Tapi pengandaian itu tak ada yang berjalan sehingga perlu dibangun polisi tidur untuk memaksa si pemakai jalan berkendaraan dengan pelan. Dari polisi tidur ini saja, bisa langsung kita tangkap rusaknya basis hidup sosial berbangsa, yaitu basis hidup bersama yang seharusnya mengandaikan adanya kesadaran untuk tahu aturan. Karena sepanjang jalan itu, misalnya, banyak anak dan banyak tetangga yang membutuhkan istirahat bila malam tiba. Bila kesadaran tahu sendiri itu tidak ada, lalu dibutuhkan pemaksa dari luar untuk menyadarkannya, polisi tidur. Bila kesadaran batin tidak ada maka dibuat penyadaran fisik untuk menyadarkan si pelaku. 


Kedua, fenomena polisi tidur mengungkapkan bahwa kita sudah makin tidak bisa mengandalkan trust atau kepercayaan dari kesadaran masing-masing warga. Setiap warga seharusnya dapat dipercaya untuk menimbang sendiri secara dewasa risiko kencang-kencang ngebut di jalan umum ketika banyak anak-anak sedang bermain dan yang lain sedang jalan dan berhak juga atas ruang (space) untuk berjalan kaki. 

Dengan kata lain, ruang luas jalan publik telah dirampas oleh pengendara-pengendara egois dengan memperluas ruangnya sendiri lewat ketidak pedulian pemakai jalan lain atau penghuni sepanjang jalan.
Akibatnya, publik yang marah terpaksa membuat polisi tidur makin tinggi; itu sebagai ekspresi pelanggaran terhadap ketenangan publik yang seharusnya secara normal-normatif dihargai. 

Semakin jengkel terhadap pelanggaran, semakin di perpendek pula jarak antara polisi tidur yang satu dengan yang lain sehingga Anda yang lewat dengan mobil dipaksa bertegak-tegak dan amat tidak nyaman. Wallahu a’lam…

10 komentar:

  1. ya ampun salah baca judul tadi mas..kirain posisi tidur kita..

    taunya polisi tidur yaa..

    ia nii.. ditempt ku aja polisi tidurnya udah nambah 5 lagi..hm...suka sebel juga kadang...^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya,mba.. pak pulisi yg sedang tidur itu.. hehehe..

      Hapus
  2. Kunjungi dan komentari web baru dengan alamat klik disini kedepannya akan menjadi alamat www.pathoknegoro.com aku sebgai admin, lumayan buat jajan he he he :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap, Mas Admin.. Jaya terus PathokNegoro.. hehe..

      Hapus
  3. Haloo apa kabar jogja ... kangen banget. lama gak main ke jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jogja masih aman dan tentram, pak.. Hehe..

      Hapus
  4. Godbless U...gotomorgan...
    ada berita hangat, postinganku jadi hotnews di infogue.com.
    ini urlnya : http://rest-buzz.blogspot.com/2010/07/video-perampokan-di-lift.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantapzzz.. Aq diwarahi ben iso koyo ngono, bozz... Hehehe..

      Hapus
  5. polisi yang tak mau disuap.... polisi tidur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.. Sama patung Polisi juga.. heheh..

      Hapus